WAHABI: “Mengapa sih kalian dalam setiap acara pertemuan mengakhiri
acara dengan doa bersama yang dipimpin oleh Ustadz atau Kiai?.”
SUNNI: “Kami mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
seperti yang diriwayatkan dalam hadits berikut ini:
عن نافع قال كان ابن عمر إذا جلس مجلسا لم يقم حتى يدعو لجلسائه بهذه
الكلمات وقَالَ : قَلَّمَا كَانَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – يَقُومُ مِنْ مَجْلِسٍ حَتَّى يَدْعُوَ بِهؤلاء الدَّعَواتِ : ((
اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُولُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ
مَعَاصِيكَ ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ ، وَمِنَ
الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا ، اللَّهُمَّ مَتِّعْنَا
بأسْمَاعِنا ، وَأَبْصَارِنَا ، وقُوَّتِنَا مَا أحْيَيْتَنَا ، وَاجْعَلْهُ
الوارثَ مِنَّا ، وَاجْعَلْ ثَأرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا ، وَانْصُرْنَا عَلَى
مَنْ عَادَانَا ، وَلاَ تَجْعَلْ مُصيبَتَنَا فِي دِينِنَا ، وَلاَ تَجْعَلِ
الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا ، وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا ، وَلاَ تُسَلِّطْ
عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا )) رواه الترمذي والنسائي، وقال الترمذي: (( حديث
حسن )) .
“Nafi’ berkata: “Setiap Ibnu Umar duduk dalam satu majlis, ia tidak berdiri sebelum berdoa
bagi mereka yang duduk bersama beliau dengan kalimat-kalimat ini, dan beliau
berkata:
“Sedikit sekali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri dari satu majlis sebelum berdoa dengan doa-doa
berikut:
“Ya Allah, berikanlah kami bagian dari sifat takut
kepada-Mu yang dapat menghalangi kami dari perbuatan-perbuatan dosa kepada-Mu,
dari ketaatan kepada-Mu yang akan menyampaikan kami ke surga-Mu, dari keyakinan
yang akan meringakan musibah-musibah dunia pada kami.
Tolonglah kami menghadapi mereka yang memuhusi kami. Janganlah Engkai
jadikan musibah kami berkenaan dengan agama kami.
Janganlah Engkau jadikan dunia sebagai keinginan terbesar kami, dan puncak
pengetahuan kami. Dan janganlah Engkau jadikan penguasa kepada kami orang yang
tidak mengasihi kami.
(HR. al-Tirmidzi [3502] dan al-Nasa’i [10161]. Al-Tirmidzi berkata: “Hadits ini hasan.”).
WAHABI: “Lalu mengapa, yang berdoa hanya satu orang,
sementara yang lain membaca amin.”
SUNNI: “Dalam hadits di atas, yang berdoa kan hanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu setelah beliau wafat,
diteruskan oleh Ibnu Umar radhiyallaahu ’anhuma. Berarti yang lain
kemungkinan membaca amin.”
WAHABI: “Dalam hadits di atas, tidak ada keterangan
membaca amin. Berarti membaca amin terhadap doa tersebut jelas bid’ah dholalah.”
SUNNI: “Membaca amin terhadap doa orang lain itu hukumnya
sunnah juga. dan memiliki dasar yang sangat kuat dalam al-Qur’an dan hadits.”
WAHABI: “Owh, mana dalil al-Qur’an nya?”
SUNNI: “Dalam al-Qur’an, Allah subhanahu wata’ala menceritakan tentang dikabulkannya doa Nabi Musa dan Nabi Harun ‘alaihimassalaam:
قَالَ قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيمَا. (يونس : ٨٩).
“Allah berfirman: “Sesungguhnya telah
diperkenankan doa kamu berdua, oleh karena itu tetaplah kamu berdua pada jalan
yang lurus.” (QS.
Yunus : 89).
Dalam ayat di atas, al-Qur’an menegaskan tentang
dikabulkannya doa Nabi Musa dan Nabi Harun ‘alaihimassalaam.
Padahal yang berdoa sebenarnya Nabi Musa ‘alaihissalaam, sedangkan
Nabi Harun ‘alaihissalaam hanya mengucapkan amin, sebagaimana
diterangkan oleh para ulama ahli tafsir.
Nabi Musa ‘alaihissalam yang berdoa dan Nabi Harun ‘alaihissalam yang mengucapkan amin, dalam ayat tersebut sama-sama dikatakan
berdoa.
Hal ini menunjukkan bahwa doa bersama dengan dimpimpin oleh seorang imam
adalah ajaran al-Qur’an, bukan ajaran terlarang. (Bisa dilihat dalam
Tafsir al-Hafizh Ibnu Katsir, 4/291).
WAHABI: “Selain dalil al-Qur’an, apakah ada dalil hadits?”
SUNNI: “Ya ada. Misalnya hadits berikut ini:
1) Hadits Zaid bin Tsabit radhiyallaahu ‘anhu
عن قيس المدني أن رجلا جاء زيد بن ثابت فسأل عن شيء فقال له زيد : عليك بأبي
هريرة فبينا أنا وأبو هريرة وفلان في المسجد ندعو ونذكر ربنا عز و جل إذ خرج إلينا
رسول الله صلى الله عليه و سلم حتى جلس إلينا فسكتنا فقال : ” عودوا للذي كنتم فيه ” . فقال زيد : فدعوت أنا وصاحبي قبل أبي هريرة وجعل النبي
صلى الله عليه و سلم يؤمن على دعائنا ثم دعا أبو هريرة فقال : اللهم إني سائلك
بمثل ما سألك صاحباي وأسألك علما لا ينسى . فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم
آمين فقلنا يا رسول الله ونحن نسأل الله علما لا ينسى فقال سبقكما بها الدوسي رواه
والنسائي في الكبرى والطبراني في الأوسط وصححه الحاكم
“Dari Qais al-Madani, bahwa seorang laki-laki
mendatangi Zaid bin Tsabit, lalu menanyakan tentang suatu. Lalu Zaid berkata: “Kamu bertanya kepada Abu Hurairah saja.
Karena ketika kami, Abu Hurairah dan si fulan di Masjid, kami berdoa dan
berdzikir kepada Allah ‘azza wajalla, tiba-tiba Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar kepada kami, sehingga duduk bersama kami, lalu kami
diam. Maka beliau bersabda:
“Kembalilah pada apa yang kalian lakukan.” Zaid berkata: “Lalu aku dan temanku berdoa sebelum Abu Hurairah,
dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca amin atas doa kami.
Kemudian Abu Hurairah berdoa:
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu seperti yang
dimohonkan oleh kedua temanku. Dan aku memohon kepada-Mu ilmu pengetahuan yang
tidak akan dilupakan.
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Amin.” Lalu kami berkata: “Wahai Rasulullah, kami juga memohon ilmu
pengetahuan yang tidak akan dilupakan.
Lalu beliau berkata: “Kalian telah didahului oleh laki-laki suku Daus
(Abu Hurairah) itu”.
(HR. al-Nasa’i dalam al-Kubra [5839],
al-Thabarani dalam al-Ausath [1228].
Al-Hakim berkata dalam al-Mustadrak [6158]:
“Sanadnya shahih, tetapi al-Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya”.)
Dalam hadits di atas jelas sekali, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca amin atas doa sahabatnya. Berarti mengamini doa
orang lain, hukumnya sunnah berdasarkan hadits di atas.
2) hadits Habib bin Maslamah al-Fihri radhiyallahu ‘anhu
عَنْ حَبِيْبِ بْنِ مَسْلَمَةَ الْفِهْرِيِّ وَكَانَ مُجَابَ الدَّعْوَةِ رضي
الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: لاَ
يَجْتَمِعُ قَوْمٌ مُسْلِمُوْنَ يَدْعُوْ بَعْضُهُمْ وَيُؤَمِّنُ بَعْضُهُمْ
إِلاَّ اسْتَجَابَ اللهُ دُعَاءَهُمْ. رواه الطبراني في الكبير و الحاكم في
المستدرك وقال صحيح على شرط مسلم، وقال الحافظ الهيثمي في مجمع الزوائد: رجاله
رجال الصحيح غير ابن لهيعة وهو حسن الحديث.
““Saya
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak lah
berkumpul suatu kaum Muslimin, lalu sebagian mereka berdoa, dan sebagian
lainnya mengucapkan amin, kecuali Allah pasti mengabulkan doa mereka.”
(HR. al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir [3536], dan al-Hakim dalam
al-Mustadrak 3/347. Al-Hakim berkata, hadits ini shahih sesuai persyaratan
Muslim. Al-Hafizh al-Haitsami berkata dalam Majma’ al-Zawaid 10/170, para
perawi hadits ini adalah para perawi hadits shahih, kecuali Ibn Lahi’ah,
seorang yang haditsnya bernilai hasan.”
Hadits di atas, memberikan pelajaran kepada kita, agar sering berkumpul
untuk melakukan doa bersama, sebagian berdoa, dan yang lainnya membaca amin,
agar doa dikabulkan.
3) hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى
الله عليه وسلم: اَلدَّاعِيْ وَالْمُؤَمِّنُ فِي اْلأَجْرِ شَرِيْكَانِ. رواه
الديلمي في مسند الفردوس بسند ضعيف.
“Dari Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhuma, berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang yang berdoa dan orang yang membaca amin sama-sama memperoleh pahala.” (HR. al-Dailami [3039] dalam Musnad al-Firdaus
dengan sanad yang lemah).
Kelemahan hadits ini dapat dikuatkan dengan hadits sebelumnya dan ayat
al-Qur’an di atas.
4) hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:
عن أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيه
وسَلَّم : أُعْطِيتُ ثَلاَثَ خِصَالٍ : صَلاَةً فِي الصُّفُوفِ ، وَأُعْطِيتُ
السَّلاَمَ وَهُوَ تَحِيَّةُ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَأُعْطِيتُ آمِينَ ، وَلَمْ
يُعْطَهَا أَحَدٌ مِّمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ ، إِلاَّ أَنْ يَكُونَ الله أَعْطَاهَا
هَارُونَ ، فَإِنَّ مُوسَى كَانَ يَدْعُو وَيُؤَمِّنُ هَارُونَ. رواه الحارث وابن
مردويه وسنده ضعيف
Anas bin Malik berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku dikaruniakan tiga
perkara; shalat dalam shaf-shaf. Aku dikaruniakan salam, yaitu penghormatan
penduduk surga.
Dan aku dikaruniakan Amin, dan belum pernah seseorang sebelum kalian
dikaruniakan Amin, kecuali Allah karuniakan kepada Harun.
Karena sesungguhnya Musa yang selalu berdoa, dan Harun selalu membaca amin.” (HR al-Harits bin Abi Usamah
dan Ibnu Marduyah. Sanad hadits ini dha’if. Lihat, al-Amir al-Shan’ani, al-Tanwir Syarh al-Jami’ al-Shaghir, 2/488).
Kelemahan hadits ini dapat diperkuat dengan hadits-hadits sebelumnya serta
ayat al-Qur’an di atas. Hadits di atas mengisyaratkan
pentingnya membaca amin bagi orang orang lain, sebagaimana bacaan amin Nabi
Harun ‘alaihissalam atas doa Nabi Musa ‘alaihissalam.
5) hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha
عن عائشة – رضي الله عنها – عن النبي – صلى الله عليه وسلم – قال: مَا حَسَدَتْكُمُ الْيَهُوْدُ عَلىَ شَيْءٍ مَا حَسَدُوْكُمْ عَلىَ
السَّلاَمِ وَالتَّأْمِيْنِ أخرجه البخاري في الأدب المفرد وأحمد بمعناه ابن ماجة
وقال البوصيري هذا إسناد صحيح، وإسحاق بن راهوية في مسنده قال الأمير الصنعاني قد
صححه جماعة، وقال الحافظ ابن حجر صححه ابن خزيمة وأقره.
.
“Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang-orang Yahudi tidak hasud kepada kalian melebihi hasud mereka pada
ucapan salam dan amin.
(HR. al-Bukhari dalam
al-Adab al-Mufrad [988],
Ahmad 6/134,
Ibnu Majah [856], dan
Ibnu Rahawaih dalam al-Musnad [1122].
Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, al-Hafizh Ibnu Hajar, al-Hafizh
al-Bushiri dan lain-lain.
Lihat al-Amir al-Shan’ani, al-Tanwir Sayrh al-Jami’
al-Shaghir, 9/385).
Hadits di atas menganjurkan kita memperbanyak ucapan salam dan amin. Tentu
saja ucapan salam kepada orang lain. Demikian pula memperbanyak ucapan amin,
baik untuk doa kita sendiri, maupun doa orang lain.
Hadits ini juga menjadi dalil, bahwa ajaran Syiah sangat dekat dengan
Yahudi, karena sama-sama melarang membaca amin.
6) atsar Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu
عن جامع بن شداد عن ذي قرابة له قال سمعت عمر بن الخطاب يقول ثلاث كلمات إذا
قلتها فهيمنوا عليها اللهم إني ضعيف فقوني اللهم إني غليظ فليني اللهم إني بخيل
فسخني. رواه ابن سعد في الطبقات
“Dari Jami’
bin Syaddad, dari
seorang kerabatnya, berkata: “Aku mendengar Umar bin
al-Khaththab berkata: “Tiga kalimat, apabila aku mengatakannya, maka
bacakanlah amin semuanya: “Ya Allah, sesungguhnya aku orang yang lemah, maka
kuatkanlah aku. Ya Allah, sesungguhnya aku orang yang kasar, lembutkanlah aku.
Ya Allah, sesungguhnya aku seorang yang pelit, maka pemurahkanlah aku.” (HR. Ibnu Sa’ad dalam al-Thabaqat 3/275).
7) atsar al-Nu’man bin Muqarrin radhiyallahu ‘anhu. Dalam peperangan Persia, pada masa Khalifah Umar bin al-Khaththab,
Panglima al-Nu’man bin Muqarrin berdoa, dan meminta anggota
pasukannya membaca amin:
وكان النعمان بن مقرن رجلا لينا فقال … اللهم إني اسألك أن تقر عيني
اليوم بفتح يكون فيه عز الإسلام وذل يذل به الكفار ثم اقبضني إليك بعد ذلك على
الشهادة أمنوا يرحمكم الله فأمنا وبكينا. رواه الطبري في تاريخه. وفي رواية قال
النعمان: وَإِنِّي دَاعِيَ اللهَ بِدَعْوَةٍ ، فَأَقْسَمْتُ عَلَى كُلِّ امْرِئٍ
مِنْكُمْ لَمَّا أَمَّنَ عَلَيْهَا ، فَقَالَ : اللهُمَّ اُرْزُقَ النُّعْمَانَ
الْيَوْمَ الشَّهَادَةَ فِي نَصْرٍ وَفَتْحٍ عَلَيْهِمْ ، قَالَ : فَأَمَّنَ
الْقَوْمُ. رواه ابن أبي شيبة بسند صحيح.
“Al-Nu’man bin Muqarrin seorang
laki-laki yang lembut. Lalu beliau berkata: “Ya Allah, aku memohon
kepada-Mu, agar Engkau sejukkan mataku pada hari ini dengan penaklukan yang
menjadi kemuliaan Islam dan kehinaan orang-orang kafir.
Kemudian ambillah aku kepada-Mu sesudahnya dengan mati sebagai syahid.
Bacakanlah amin, semoga Allah mengasihi kalian.”
Maka kami membaca
amin atas doa beliau dan kami menangis.
(HR. al-Thabari, Taikh
al-Umam wa al-Muluk, 4/235).
Dalam riwayat lain, al-Nu’man berkata: “Sesungguhnya aku akan berdoa kepada Allah dengan satu permohonan, aku
bersumpah agar setiap orang dari kalian membacakan amin untuk doa tersebut.
Lalu al-Nu’man berkata: “Ya Allah, berilah al-Nu’man rizki meninggal sebagai syahid dalam kemenangan dan penaklukan atas
mereka.” Perawi berkata: “Lalu kaum membaca amin.”
(HR. Ibnu Abi Syaibah, al-Mushannaf [34485]). Sanad atsar tersebut
shahih.
Dari paparan di atas, jelas sekali bahwa doa bersama, dengan dipimpin oleh
seorang imam, dan dibacakan amin oleh para jamaah, adalah tradisi Islami yang
memiliki dasar yang kuat dari al-Qur’an, hadits dan tradisi para
sahabat. Wallahu a’lam.
(Ust. Muh. Idrus Ramli)
Editor: #dbc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar