Praktek Shalat Nabi SAW menurut Madzhab Imam Syafi'i - Bagian I.

1Muslimedianews.com ~ Dikutip dari Matan Abu Syuja dan dilengkapi dalil-dalilnya oleh Syaikh Musthafa Deib Bugha

1. Niat sebelum melaksanakan shalat mengikuti firman Allah ta'ala di dalam surat al-Bayyinah ayat 5:

وما أمروا الا ليعبدوا الله مخلصين له الدين
Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali menyembah Allah dengan ikhlas dan baginya-lah agama

juga mengikut ketentuan di dalam hadits riwayat Imam al-Bukhari dan Imam Muslim

انما الاعمال بالنيات
Bahwasanya amal perbuatan itu bergantung kepada niat.
CATATAN:
Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantany rah menjelaskan bahwa menurut pengertian syara' niat adalah menyengaja sesuatu yang berkaitan dengan keinginan untuk melakukan sesuatu dan tempat niat itu berada di dalam hati berdasarkan ijma para ulama. Tidak cukup dianggap niat yaitu mengucapkan dengan lisan namun hatinya lalai. Adapun mengenai hukum melafazkan niat shalat (usholli) apakah termasuk ke dalam perbuatan bid'ah atau dianjurkan, silakan lihat catatan saya sebelumnya.
2. Berdiri dengan kemampuan.
Sebagaimana disebutkan di dalam hadits riwayat Imam al-Bukhari (hadits nomor 1066) dari Umran ibn Hushain r.a.

كانت بي بواسير فسألت النبي صلى الله عليه وسلم عن الصلاة فقال صل قائما فان لم تستطع فقاعدا فان لم تستطع فعلى جنب
" saya pernah terkena penyakit bawasir (ambeien), lalu saya bertanya kepada Nabi saw (tentang bagaimana melaksanakan) shalat, Beliau saw menjawab:" shalatlah dalam keadaan berdiri, jika tidak sanggup duduklah. Jika kamu masih tidak sanggup duduk, shalatlah dalam keadaan berbaring"

3. Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram. Sebagaimana disebutkan di dalam hadits riwayat Imam Bukhari (hadits nomor 705) dan Imam Muslim (hadits nomor 390) dari Abdullah ibnu Umar r.a.:

رأيت النبي صلى الله عليه وسلم افتتح بالتكبير فرفع يديه حين يكبر حتى يجعلها حذو منكبيه
" saya melihat Nabi saw membuka (shalatnya) dengan mengucapkan takbir sambil beliau mengangkat kedua tangannya sampai menjadikan kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya."

Di dalam Subulussalam (Jilid I, hal. 274) disebutkan riwayat Wail ibn Hujr yang menjelaskan bahwa Rasul saw mengangkat tangan ketika bertakbir, hingga dekat ujung kedua telingannya.

4. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri
Sebagaimana khabar yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (hadits nomor 401) dari Wail ibn Hujr r.a, bahwasanya ia melihat Nabi saw mengangkat kedua tangannya ketika shalat kemudian meletakkan tangan kanan di atas tangan kirinya.
CATATAN:
Riwayat dari Wail ibn Hujr r.a. ini ditemukan kelanjutannya di dalam Kitab " Bulughul Maram" karya al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalany. Wail ibn Hujr r.a. berkata:

" Saya shalat bersama Nabi saw, beliau meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya di atas dadanya" (hadits diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah).(Bulughul Maram, hadits Nomor 261) Di dalam riwayat Abu Dawud dan al-Nasa'iy disebutkan, "Rasul saw meletakkan telapak tangan kanannya di atas punggung telapak tangan kirinya seperti memegang dan melepas)
Imam al-Nawawy rah di dalam "Minhaj al-Thalibin" mengatakan bahwa Rasul saw meletakkan tangan kanan di atas tangan kirinya di bawah dadanya. Bahwa yang dimaksud di dalam hadits Wail " di atas dadanya" maknanya menjelaskan posisi di antara dada dan di bawahnya. (Lihat Subulussalam, Imam al-Shan'any Jilid 1 hal. 284, terbitan Darul Bayan)

5. al-Tawajjuh (membaca doa iftitah wajjahtu wajhiya)

Sebagaimana disebutkan di dalam riwayat Imam Muslim (hadits Nomor 771) dari Ali ibn Abi Thalib r.a. dari Rasul saw bahwasanya Beliau saw bila mendirikan shalat beliau mengucapkan:

وَجَّهتُ وَجهِيَ لِلَّذى فَطَرَ السَّمَواَتِ وَالاَرْضَ حَنِيْفًا وَمَا أَنَا مِن المُشْرِكِيْنَ
wajjahtu wajhiya lil ladzi fatharas samawati wal ardha hanifan wa ana minal musyrikin
" aku hadapkan wajahku kepada yang menciptakan langit dan bumi dengan lurus, dan aku bukanlah golongan orang2 yang musyrik"
ان صلاتي ونسكي ومحياي ومما تي لله رب العالمين
inna shalaty wa nusuky wa mahyaaya wamamaati lillahi rabbil alamin
" sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah rabb alam semesta"

لا شريك له وبذلك امرت وانا من المسلمين
laa syarika lahu wa bidzaalika umirtu wa ana minal muslimin
" tiada sekutu bagi-Nya dan demikianlah aku diperintahkan dan aku termasuk ke dalam golongan orang2 yang tunduk/pasrah"

6. Membaca isti'adzah (a'udzu billah minas syaithanir rajim)

Mengikuti ketentuan di dalam Al-Qur'an surat al-Nahl (16) ayat 98

7. Membaca surat al-fatihah dengan mengeraskan bacaan Bismillah di bagian awalnya

Dalil tentang mengeraskan bacaan basmalah diriwayatkan dari Nu'aim al-Mujmiri, ia berkata: saya shalat di belakang Abu Hurairah r.a., ia membaca Bismillahirrahmanir rahim kemudian membaca Ummul Qur'an sampai akhir setelah itu membaca "aamiin"...setelah selesai shalat, Abu Hurairah r.a. berkata: " Demi zat yang menguasai diriku bahwa aku lebih menyerupai shalat Rasul saw dibandingkan kalian." Hadits Nomor 264 riwayat al-Nasa'iy dan Ibnu Khuzaimah, sebagaimana tertulis di dalam Bulughul Maram. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Bukhary secara mu'allaq, diriwayatkan oleh al-Siraj dan Ibnu Hibban. Imam al-Shan'any rah menyatakan hadits ini sebagai hadits yang paling shahih mengenai mengeraskan bacaan Basmalah (Subulussalam Jilid I hal.290).

bersambung....

Oleh : KH. Abdi Kurnia Djohan

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar