Sunday, 16 November 2014
Muslimedianews.com ~ Dengan Nama Allah, segala puji bagi Allah, Shalawat serta Salam selalu tercurah kepada Rasulullah saw:
Akhir-akhir ini sering terlihat sekelompok orang yang sangat fanatik kepada Syaikh Al-albany secara berlebihan tanpa bersikap kritis bahwa Al-albany juga banyak melakukan kekeliruan di dalam pandangan-pandangannya mengenai masalah agama. Kelompok ini bahkan berani melecehkan pendapat para ulama terkemuka, seperti Imam Ahmad, Ishaq ibnu Ruwaihiah, al-Syafi’i , Imam Malik dan lain-lain, di dalam masalah fikih, yang tidak bisa menghindari persoalan khilaf di antara mereka.
Dengan alasan itu, mereka pun menolak mengakui kesalahan yang dilakukan oleh al-albany (dengan alasan bahwa al-albany berpegang kepada sunnah). Bahkan mereka berpendapat bahwa orang-orang yang menganggap Al-albany melakukan kesalahan, sebagai sebuah kekeliruan.
Di dalam tulisan yang singkat ini, saya akan menampilkan beberapa pandangan ulama yang menegaskan kelemahan atau bahkan kekeliruan pendapat-pendapat Al-albany, yang dipandang menyalahi ijma (konsensus) para ulama. Adapun manfaat yang bisa diambil dari tulisan ini adalah sebagai proses pembelajaran agar kita tidak tenggelam ke dalam sikap fanatik buta dan menghilangkannya dari jiwa kita, serta mengingatkan agar selalu bersikap kritis di dalam membaca pendapat seseorang—khususnya al-albany.
1. Pendapat al-Imam Muhammad ibnu Ibrahim al-Syaikh rahimahullah (Mufti Kerajaan Saudi Arabia sebelum Syaikh Ibnu Baz rah)
Di dalam kumpulan risalahnya (Majmu’ Rasail), ia berpendapat tentang pendapat Syaikh Nashruddin al-albany tentang nishab emas yang dikurangi,” banyak pendapatnya yang keliru di dalam masalah nishab emas”
2. Pendapat Syaikh al-Allamah Abdullah ibnu Humaid (Imam Masjid al-Haram):
“ Al-albany di dalam beberapa hal mempunyai keunggulan namun juga mempunyai banyak kelemahan. Dia juga banyak melakukan kekeliruan. Terkadang ia men-shahihkan hadits-hadits—yang dipandang ulama—tidak shahih. Ia mempunyai ijtihad dan tarjih yang saling bertentangan satu sama lain. Namun, dengan melihat niatan baik dan usahanya, ada beberapa perbaikan yang dipandang baik dan tidak mengapa dijadikan sebagai rujukan. Silakan dengar kembali kaset ketiga belas Syaikh ibnu Humaid, tentang syarah Kitab Tauhid.
3. Al-allamah Isma’il al-Anshary:
“ Saya mencoba melihat bahasan di dalam sebuah kitab, yang sama sekali tidak ada komentar al-Albany di dalamnya, agar saya tidak tidak tertipu oleh pendapat-pendapat al-albany. Menurut saya, ia sama sekali tidak mempunyai pengetahuan mengenai masalah shalat tarawih. Tapi, al-albany berani bersikap sehingga wajarlah jika pandangan-pandangannya itu kacau dan bertentangan dengan ijma’.” Ditulis di dalam Tashih (perbaikan) terhadap Komentar Hadits Shalat Tarawih.
4. Al-allamah al-Mujahid Hamud al-Tuwaijiry
Tidak dapat dipungkiri lagi bagi mereka yang mempunyai ilmu agama dan pemahaman, bahwa bahasan al-albany dibangun di atas kekeliruan dan pena’wilan yang tidak dikenal di kalangan sahabat dan tabi’in, dan pemahaman al-albany tentang pengamalan hadits itu bertentangan dengan maksud yang sesungguhnya. (seperti disarikan di dalam al-Sharim al-Masyhur hal. 175)
Oleh : KH. Abdi Kurnia Djohan (Pandangan Ulama Saudi Arabia terhadap Syaikh al-Albany (disarikan dari makalah Syaikh Dr. Adil Azizi al-Kayali hafizahullah, Ula)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar